Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga (Unair) menggelar aksi penyalaan 500 lilin untuk memperingati World Suicide Prevention Day atau Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia pada 10 September lalu.
Mengusung tema “Creating Hope Through Action”, aksi itu bertujuan mengampanyekan pencegahan bunuh diri sekaligus bentuk kepedulian kepada orang yang cenderung untuk ingin melakukan bunuh diri.
Aksi berlangsung di halaman FK UNAIR pada Sabtu, 13 September 2022.
Peserta aksi terdiri atas jajaran direksi RSUD Dr Soetomo, direksi RSJ Menur Surabaya, jajaran dekanat FK Unair, mahasiswa, survivor, serta masyarakat umum.
“Prevalensi dari angka bunuh diri di dunia, walaupun angka ini mungkin masih seperti fenomena gunung es.
Sekitar 700 angka di dunia dan datanya 77 persen berasal dari negara-negara sedang berkembang.
Maka dari itu, dibentuk organisasi International Association for Suicide Prevention (IASP),” ujar Dekan FK Unair Budi Santoso dilansir dari laman resmi Unair pada Rabu, 14 September 2022.
Acara Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia 2022 adalah kolaborasi dengan Organisasi International Association for Suicide Prevention (IASP), Departemen Psikiatri RSUD Dr.
Soetomo, FK Unair, dan PDSKJI Surabaya.
IASP adalah para akademisi, relawan, dan korban yang akan menunjukkan aksi kepedulian terhadap orang-orang yang memiliki kecenderungan atau faktor resiko untuk bunuh diri.
“Dengan peringatan pencegahan hari bunuh diri se-dunia ini, kita tingkatkan kepedulian dan empati kita untuk mengurangi angka bunuh diri di dunia,” tutupnya.
Hadir pula dalam aski tersebut Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Dardak.
Dalam sambutannya, ia menyebut saat ini stigma yang membuat para penderita tidak nyaman dan sulit menemukan pertolongan masih tinggi.
Karena itu, masyarakat memerlukan meningkatkan kepekaan terhadap orang-orang yang ingin bunuh diri.
“Kadang kala keluarga sebagai lingkaran paling dekat itu justru yang paling sulit menyadari kali pertama apa yang terjadi,” ucapnya.
Dalam aksi itu, Emil juga mempersembahkan lagu berjudul “smile” untuk para survivor yang sedang berjuang.
Judul lagu yang berarti senyuman adalah simbol harapan untuk tetap tersenyum meski dalam keadaan sulit.
“Undang-undang kesehatan masih mengatakan suicide itu ilegal, maka suicide tidak di-cover oleh sistem asuransi kesehatan apapun.
Paling tidak saya sudah membuka pintu kepada para survivor untuk minta pertolongan,” kata Nalini Muhdi yang merupakan ketua pelaksana acara itu.
Dengan aksi tersebut, diharapkan awareness dan pemahaman masyarakat tentang pentingnya kesehatan mental semakin meningkat.
Masyarakat juga kian peka terhadap lingkungan.
Terutama mereka yang membutuhkan pertolongan.
Mendengarkan dan menolong mereka tanpa menghakimi adalah kunci awal untuk mencegah orang-orang melakukan bunuh diri.
“Percayalah bahwa setiap tangis dan perjuangan yang kita alami akan menjadi cerita terbaik dalam kehidupan kita.
Tidak masalah bila terjatuh, namun sekarang bangkitlah dan tersenyum,” katanya.